
(repost blog terdahulu yang tidak bisa dibuka)
Ini sudah hari ke-10 anakku ga disusui. bukannya emaknya kejam atau apa, tapi ini ada maksud dan tujuannya *halah*. Jadi begini, di previous post kan sebelumnya saya cerita kalau saya tiap hari (yups, tiap hari literally) keluar flek darah terus. walau sudah 2x pula saya ke dokter kandungan terdekat, dan beliau mengatakan tidak apa-apa, hanya perlu bed rest, dan diberi obat yg banyak, saya masih belum lega dan tenang. tiap keluar flek darah rasanya saya stres. saya sudah minum penguat banyak, obat pendarahan, vitamin vitamin, dan tidak melakukan aktivitas apa-apa, lantas kenapa masih saja keluar flek? saya terus menggerutu sampai suami saya bosan. saya masih belum menemukan jawaban.
Hari Sabtu, tanggal 27 Februari kemarin, saya memutuskan untuk ke dokter kandungan lain. dan pilihan saya jatuh di RS Santosa. Saya dapat rekomendasi dokter yang bagus disana, yaitu dr. H. Hanny Rono Sulistyo, Sp.OG(K), M.M. setelah saya mendaftar di telpon, kemudian saya datang dan mendaftar pada suster sembari di tensi. tak lama kemudian saya dipanggil, alhamdulillah saya mendapat urutan awal jadi tidak perlu menunggu lama. begitu masuk, saya langsung disambut oleh dokternya. dokternya ramah banget. saya langsung diperiksa USG TransV. Alhamdulillaaah.. anakku didalam ternyata masih sehat.. jantungnya berdetak keras. saya tidak melihat ada yang aneh disana. tapi kemudian dokter berkata,
“air ketubannya sedikit sekali. kantungnya sempit. dan janinnya kecil.”
saya kaget. begitu saya lihat lagi ke layar, ternyata benar, kantung janinnya sempit sekali, air ketubannya sedikit. saya masih bengong, dalam hati gelisah. berharap itu tadi pertanda yang tidak terlalu buruk. dokter kemudian menjelaskan kembali kalau ini pertanda yang kurang baik. Beliau juga mengatakan perbanyak membaca Qur’an agar kondisinya bisa berubah. separah itukah?
Barulah diketahui ternyata salah satu penyebabnya adalah saya masih menyusui. bagaimana lagi? saya sudah ke-3 dokter kandungan, dan mereka mengatakan masih boleh menyusui. lalu salahnya dimana? ah tapi saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa. kalaupun ada yang bisa disalahkan, adalah saya sendiri. saya yang kurang menjaga dan sejujurnya… saya memang belum siap atas kehamilan ini.
Dokter kemudian menjelaskan lagi, intinya saya bisa sewaktu waktu keguguran. dan jika sampai itu terjadi maka hubungi beliau. namun beliau juga tetap memberikan harapan, karena memang tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. saya hanya diam, walau saat itu ingin sekali menangis. apalagi begitu melihat wajah Bia, rasanya sedih sekali. duh.. dia harus berhenti menyusui dari sekarang… sementara dia masih sangat ketergantungan sekali. dia tidak akan bisa tidur jika tidak disusui. saya galau berat. namun bagaimana lagi? ini seperti saya harus memilih antara anak dalam kandungan atau Bia? jujur saya ingin dua-duanya sehat dan bahagia. namun jika saya memilih itu, maka jawabannya jelas: saya harus stop menyusui.
Mulailah malam itu saya coba untuk menghentikan praktek menyusui saya (bahasa apa ini). semaleman pokoknya banyak drama tangisan deh. tangisan anaknya dan tangisan emaknya huhu.. ya sejujurnya saya pun ga tega harus menyapih Bia secepat ini. Mendengar dia nangis rasanya sedih sekali. tapi apa kabar bayi dalam rahim saya? dia pun butuh kasih sayang dan perhatian huhu. ah ya sudahlah saya pun mencoba ‘tega’. semalaman Bia digendong suami agar dia tidur, walaupun susyaaah sekali. soalnya memang biasanya sebelum dia tidur dia harus nenen dulu. karena capek menangis, akhirnya Bia tidur. namun tengah malam terbangun lagi. menangis lagi. kasian sebenernya si kakanda. Alhamdulillah saya diberikan suami yang sabarnya luar biasa. pokoknya selama malam proses penyapihan itu anak saya lebih banyak digendong suami, dan dijauhkan oleh saya. karena kalo lihat saya, dia pasti nangis minta nen. saya yang ga tega huhuhu.
Malam kedua juga sama. masih nangis-nangis. tapi udah agak lumayan, ga sedahsyat hari pertama. ketika itu saya berikan pengertian padanya, kalau ini demi kebaikan semuanya. saya bisikin pelan pelan di telinganya, kalau Bunda tetep sayang sama Bia, tapi Bunda juga sayang sama adik. Bia masih nangis. huhuhu hati ibu mana yang tega ngeliat anaknya nangis, apalagi nangis minta nyusu. mending kalau ASI nya udah ga keluar, lah ini masih banyak? tapi ternyata setelah saya stop menyusui Bia, flek darah pun tidak muncul lagi. ternyata memang itu penyebabnya.
Malam ketiga, Bia udah mulai ngantuk sehabis bermain. dia mulai peluk bundanya. saya udah deg-degan apa dia mau nenen??? eh ternyata engga. saya rebahin dia disamping saya, sambil dielus-elus dadanya, kemudian….. dia tidur!!!! huhu berkaca-kacalah emaknya. baru pertama kalinya saya nidurin Bia tanpa harus disusuin. anaknya pinter banget! saya mewek, sedih campur haru hehehe. Sudah 19 bulan Bia ketergantungan nenen sama bundanya, jadi kali itu bener-bener menjadi moment yang paling mengharukan.
Keesokan harinya Bia nampak ‘lupa’ dengan nenen. saya pun mulai tenang. ketika itu siangnya dia nyeret-nyeret saya ke kamar, biasanya sih dia begitu karena mau tidur. karena saya sudah menganggap dia ‘lupa’ dengan nenen, saya pun cuek tidur di sebelah dia. eh tau taunya… “bundaaaaaa neneeeeeen.” dia teriak teriak lagi sambil nangis. huaaaa ternyata belum benar-benar ‘lupa’. akhirnya saya serahkan Bia ke si bibi.
sampai hari ke-4 dia masih nyinggung-nyinggung nenen hehe. hari-hari yang berat menurut saya. benar-benar ga tega. tapi saya ga punya pilihan lain sih. pokoknya pas dia lagi santai, saya kasih pengertian sekali lagi, “Bia, nen nya Bia sekarang buat dedek yah? biar dedeknya sehat.” begitu terus saya ulang-ulang. sampai suatu ketika, dia mulai gelagat cari-cari nen, saya kira dia mau teriak-teriak lagi, eh ternyata dia malah ngomong, “dedek.. dedek.” artinya dia tau sekarang ASI bundanya untuk adiknya. sesudah itu dia tidak pernah lagi minta nyusu.
Alhamdulillah sampai hari ini, Bia ga ada ‘masalah’ lagi. saya cukupi dia dengan makanan-makanan yang bergizi, sebagai pengganti ASI, yaa walaupun ASI tak akan pernah tergantikan sih.. tapi ya saya berharap bekal Bia selama 19 bulan ini cukup untuk dia seumur hidup. semoga cukup ya nak! Alhamdulillah menyapih Bia tidak sesulit yang dibayangkan sebelumnya, namun juga tidak begitu mudah, terutama dari bundanya sih mentally… hihi. ASI boleh di stop, tapi kasih sayang bunda seumur hidup akan selalu ada untuk Bia… dan adiknya kelak.
No comments:
Post a Comment