"kamu enak ya udah punya anak, saya belum." ucap seorang kawan lama, yang kala itu tiba-tiba saja menyapa dan memulai pembicaraan melalui pesan singkat di sebuah media sosial. Kami memang sudah lama tidak bertemu, bertegur sapapun hanya melalui media sosial, itu pun tak sering. Namun saat itu, ia tiba-tiba saja menyapaku, dan berkata seperti itu.
Apa yang disebut beruntung? Beruntung dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berarti bernasib baik; mujur; bahagia. Menjawab pernyataan teman saya tadi bahwa saya adalah orang yang beruntung karena saya telah memiliki anak, sementara ia belum. Berarti ia telah membandingkan, bahwasanya saya lebih bahagia darinya karena telah mempunyai anak.
Kalau begitu apa yang harus saya jawab? Semua ini adalah bukan kuasa manusia. Tak pernah ada yang tahu si A akan melahirkan berapa putra, si B akan memiliki anak di usia sekian dan sekian, tak pernah ada yang tahu garis waktu yang telah ditentukan oleh Sang Pembuat Takdir. Pun tak ada yang tahu kapan seseorang akan meninggalkan dunia ini, tak pernah ada yang tahu.
Karena itu, tak elok rasanya jika harus jumawa karena merasa beruntung daripada orang lain. Semuanya ada waktunya masing-masing. Bisa jadi orang yang kini sedang putus cinta dan merasa depresi seakan akan langit runtuh, akan segera dipertemukan dengan jodohnya dan hubungan mereka akan berlangsung selamanya. Atau orang yang keguguran anak pertamanya, akan diganti oleh Allah dengan rejeki besar yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Atau orang yang tak diberi keturunan oleh Allah, diberi kesehatan, kesabaran, dan kebahagiaan yang tak berujung dalam hidupnya, sehingga tak pernah dalam seharipun ia mempertanyakan takdirnya. Atau orang miskin yang tak punya uang untuk membeli beras untuk keluarganya, diberikan putra dan putri yang pintar dan solih agamanya oleh Allah, sehingga dapat memberikan kebahagiaan untuk keluarganya di dunia dan di akhirat kelak. Semua itu tak dapat dijawab oleh manusia. Betul ada takdir yang bisa diubah oleh manusia, namun tetap saja akhirnya kita berserah diri pada Allah, sebaik-baiknya pengatur kehidupan manusia.
Sambil menghela nafas. Saya balas pesan singkat teman saya tadi. Ada perasaan tidak enak, karena tentu saja saya tak merasakan apa yang ia rasakan saat itu, sehingga apapun ucapan saya, mungkin tak akan membuatnya merasa lebih baik.
Namun tetap harus kujawab. Untung pengingat diri, bahwa diri ini pun masih jauh dari baik. Diri ini pun masih sering iri dengki dengan kehidupan orang lain. Diri ini pun masih sering cemburu melihat orang lain mendapat rejeki yang lebih banyak. Terkadang benci. Tak suka. Tak suka jika melihat orang lain bahagia. Betul, terkadang diri ini masih sejahat itu. Sehingga hati ini harus selalu dijaga, diberikan pengingat, bahwa tak ada yang selamanya di dunia ini. Masalah, ataupun kebahagiaan.
"saya tidak lebih beruntung karena punya anak lebih dulu dari kamu, kok. Semua ada rejekinya masing-masing, hehehe."
Entahlah. Saya tak tahu apakah itu jawaban terbaik atau tidak. Saya hanya berharap, semoga ia mendapatkan kebahagiaan yang tak pernah ia duga, sehingga ia pun merasa beruntung atas segala rencana-Nya.
No comments:
Post a Comment